RAKYATMALUKU.FAJAR.CO.ID — AMBON, — Bakal Calon Wali Kota Ambon, Annes Alexander Yunius Waas, S.H., M.M atau yang akrab disapa Bung Lex, bertemu dengan puluhan orang perwakilan dari berbagai Komunitas dan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di Kota Ambon, bertempat di Bahasa Basudara Kafe, Jalan Wolter Monginsidi, Lateri, Kecamatan Baguala, Kota Ambon, Selasa, 4 Juni 2024, sore.
Puluhan orang yang datang itu berasal dari Komunitas Lingkungan The Mulung, Komunitas Pecinta Alam, Komunitas Bahasa, Komunitas Ojek Online (Ojol) dan OKP Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Kehadiran Bung Lex yang didampingi staf dan tim pemenangannya itu, tak sekadar saling menyapa dan menjalin silaturahmi saja, tetapi juga saling bertukar pengalaman dan berdiskusi tentang berbagai persoalan yang kerap terjadi di Kota Ambon hingga saat ini.
Di antaranya, anak dibawah umur yang hidup bebas di jalanan tanpa pengawasan pemerintah, kerusakan lingkungan akibat pembuangan sampah sembarangan, pelayanan publik yang dirasa amburadul, dan juga beberapa kebijakan pemerintah daerah yang dinilai tidak pro terhadap kepentingan rakyat.
Bung Lex terlihat dengan seksama menyimak cerita-cerita pengalaman serta keluhan dari mereka. Pada kesempatan itu, ia juga menyerap aspirasi sekaligus memberikan tanggapan dengan logis, sehingga mendapat apresiasi dari berbagai kalangan tersebut.
“Saya membuat pertemuan ini karena saya ingin dengar masukan dari teman-teman. Apa yang menjadi kegelisahan hati, keinginan dan kerinduan anak-anak muda untuk Kota Ambon yang perlu diakomodir namun saat ini belum diakomodir oleh pemerintah,” ungkapnya.
“Saya mau dengar itu supaya menjadi masukan yang positif. Karena tadi saya sudah sampaikan saya datang di Ambon ini tidak ada infrastruktur politik. Permasalahan yang saya tahu di Ambon ini yang kasat mata saja. Kelihatan di beberapa tempat bahwa Ambon yang manis ini sudah tidak manis lagi,” tambahnya advokat muda itu.
Dia menjelaskan, orang-orang yang hidup mengabdikan dirinya di ranah sukarelawan, sering kali berbenturan dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, yang tidak sesuai dengan apa yang masyarakat inginkan atau butuhkan.
“Terkadang kebijakan itu dikeluarkan karena kepentingan pejabat saja, ini kan persoalan. Kenapa saya putuskan untuk masuk di politik, karena kalau kita hanya berteriak di luar sistem seperti yang sudah pernah kita semua lakukan termasuk saya di pergerakan mahasiswa misalkan, itu hanya akan jadi suara-suara sumbang yang menganggu atau itu hanya suara-suara manis yang digunakan ketika ada maunya, itu sering kali terjadi,” jelasnya.
Bung Lex mengungkapkan, keinginannya untuk maju sebagai bakal calon Walikota Kota Ambon hanya untuk melayani masyarakat dan membenahi Ambon menjadi kota yang lebih manise (manis).
“Saya adalah seorang Advokat, Konsultan Hukum, Kurator, dan Pengusaha yang bergerak di bidang Hukum dan Bisnis. Kalau bukan karena kecintaan dan panggilan hati yang memang tulus, untuk apa cape-cape mikirin Ambon. Tetapi ternyata hati itu tidak bisa dibohongi bahwa kita punya panggilan hati untuk pulang membenahi Ambon,” tuturnya. (RIO)